EKONOMI KOPRASI #
- Jokowi Ingin Koperasi Indonesia Mendunia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta koperasi-koperasi nasional belajar dari yang terbaik-terbaik di dunia sehingga kelak ada koperasi dari Indonesia yang masuk ke-100 besar koperasi global atau 300 besar koperasi global. “Saya tadi sudah sampaikan, Kospin Jasa sudah melantai di bursa. Saya tahu koperasi Sidogiri juga omzetnya/perputaran uangnya sudah lebih dari Rp 16 triliun. Seperti ini yang harus diikuti oleh koperasi-koperasi yang lain,” kata Jokowi seperti dikutip dari laman Setkab, Jumata (13/7/2018).
Jokowi mencontohkan, Koperasi Fonterra dari Selandia Baru, yang bergerak di bidang susu dan produk susu yang dimiliki bersama oleh 10.500 petani, menghasilkan omzet 17,2 miliar dolar Selandia Baru atau sekitar Rp 165 triliun per tahun.
“Coba datangi saja Fonterra. Memulainya dari seperti apa, kemudian berkembang menjadi Rp 165 triliun per tahun itu kuncinya di mana. Belajar di sana seminggu, 2 minggu atau 3 minggu,” tutur Jokowi.
Ia menyampaikan bahwa kita pintar kalau disuruh meng-menjiplak atau meniru. Namun, menurutnya, tidak apa-apa, modifikasi menjadi lebih dari Fonterra. “Tiru, modifikasi sedikit, melompat kita,” ujarJokowi. Dengan omzet Rp 165 triliun per tahun, ucap Presiden, Fonterra telah menjadi perusahaan terbesar di Selandia baru baru. “Kita ingin di Indonesia juga sama, ada perusahaan Indonesia yang terbesar, dan itu adalah koperasi. Pak Menteri dan Pak Ketua Dekopin, ajak bareng-bareng ke sana, tapi jangan banyak belanjanya. Ke sana untuk betul-betul belajar, bagaimana mereka me-manage koperasinya sehingga menjadi perusahaan terbesar di Selandia Baru,” tutur Jokowi.
Menurut Jokowi, koperasi memang harus menjadi sebuah wadah, tapi dengan sebuah skala ekonomi yang besar, memiliki efisiensi diproduksi dan distribusinya.
Bahkan, Jokowi menilai, koperasi harus menjadi wadah untuk inovasi dan penggerak inovasi. Inovasi bagaimana cara berproduksi yang baik, inovasi bagaimana membuat variasi-variasi produk yang baik, inovasi bagaimana membuat kemasan-kemasan yang baik, inovasi bagaimana memasarkan produk-produk yang ada.
Koperasi, kata dia, juga selayaknya menjadi tempat para anggota untuk belajar bersama mengenai marketing, kemasan, dan variasi produk.
“Inilah sistem ekonomi gotong royong yang ingin kita kembangkan terus. Mengumpulkan serta menebarkan pengetahuan informasi-informasi yang terkini, dan juga mengembangkan keterampilan-keterampilan baru di antara anggota anggota koperasi,” ucap Jokowi.
Mengenai penurunan Pajak Penghasilan (PPh) final dari 1 persen menjadi 0,5 persen, Jokowi mengatakan, karena setiap bertemu UMKM (usaha mikro kecil menengah), ia menerima keluhan keluhan agar pajak itu bisa diturunkan.
“Tetapi kalau sudah diturunkan dari 1 persen menjadi 0,5 persen, saya mengajak marilah kita bersama-sama membayar pajak,” kata Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Perekonomian Darmin Nasution serta Menteri Koperasi dan UMK Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga.
- Koperasi Masa Kini Harus Berkonsep Digital
Koperasi merupakan kekuatan utama ekonomi Indonesia. Hal ini ketika menghadapi krisis ekonomi 1997 dan 2008, ekonomi Indonesia tetap bisa bertahan karena peran koperasi yang begitu dominan.
“Kenapa ini terjadi? Karena kita tahu bahwa koperasi itu telah menjadi tiang utama dari ekonomi kita secara nasional,” kata Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, dikutip dari laman Setkab, Kamis (12/7/2018).
Ibarat dalam aliran darah, koperasi merupakan urat nadi utama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama di bidang ekonomi. Karena itu, pemerintah tentunya harus memfasilitasi, menjaga, dan membuat koperasi bisa tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Namun dalam era digital saat ini, Seskab Pramono Anung mengakui, koperasi tidak hanya perlu melakukan modernisasi. Tetapi juga harus menyesuaikan cara berpikir, konsep, pendekatan. “Koperasi harus masuk pada wilayah itu, semakin dekat antar konsumen dimanapun berada dengan koperasi maupun dengan produsen kita,” tutur Seskab. Pramono meyakini, kalau bisa dikelola dengan baik, dan masuk dengan menggunakan digital sebagai sarana untuk itu, maka koperasi akan menjadi semakin kuat, semakin besar sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi nasional semakin baik.
- Penyebab Masyarakat Lebih Mudah Pinjam Uang ke Rentenir daripada Koperasi
Salah satu tantangan utama bagi pengembangan usaha mikro di Indonesia adalah akses permodalan. Saat ini, meski koperasi sudah sangat menjamur, tapi keberadaannya belum dapat menjadi solusi permodalan bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang akhirnya mencari permodalan ke rentenir.
Direktur Pembiayaan dan Kerjasama, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan Nur Hidayat mengatakan hingga kini belum banyak koperasi yang menawarkan pinjaman dalam skala kecil bagi pelaku usaha mikro.
"Dengan portofolio kecil-kecil butuh keahlian sendiri. Ada koperasi syariah, tapi kita lihat portofolio kecil-kecil untuk membiayai mbok-mbok (pelaku usaha mikro) sedikit sekali. Portofolionya besar-besar 50 juta, 100 juta. Jadi dia tidak punya keahlian itu," kata dia di, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Inilah yang menjadi penyebab masih banyaknya pelaku usaha mikro di Indonesia yang lebih memilih menarik pinjaman untuk modal usaha dari rentenir. "Kita turun, tanyakan, 75 persen responden katakan, mereka katakan (meminjam) ke Rentenir. Koperasi masih sangat sedikit," jelas dia.
Dia mengatakan, meskipun praktik rentenir harus dilawan, tapi ada beberapa hal positif yang seharusnya dapat pelajari oleh lembaga penyalur modal, terutama terkait akses dan kemudahan memperoleh pinjaman.
"Rentenir itu enggak pakai jaminan bapak ibu. Kalau dia (pelaku usaha) minta pembiayaan, minta sekarang, kasih sekarang. Nggak usah isi formulir, nggak usah di-survey, tapi lancar. NPL-nya nol koma. Kalau ada koperasi yang bisa begini, PIP akan hadir," tegas dia.
- Koperasi Jadi Penyelamat Ekonomi RI Saat Krisis 1998
Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga menghadiri perayaan ulang tahun Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari yang ke-20. Dalam acara tersebut, Puspayoga menceritakan tentang bagaimana peran besar koperasi dalam menyelamatkan ekonomi bangsa saat krisis 1998.
"Tahun 1998 krisis ekonomi itu memang koperasi UKM itu penyelamat ekonomi kita. Dan waktu itu memang banyak koperasi yang jadi hidup karena trust (kepercayaan) masyarakat," kata Puspayoga di Gedung Smesco, seperti ditulis Jumat (7/9/2018).
Saat itu, lanjutnya, bank banyak yang menolak masyarakat sehingga mereka berbondong-bondong beralih ke koperasi.
"Bank masih 60 persen, enggak mau waktu itu. Koperasi yang walaupun 20 persen walaupun 15 persen, mau," ujarnya.
Kendati demikian, dia menegaskan kondisi yang saat ini terjadi sangat berbeda dengan 1998.
"1998 itu krisis itu pertumbuhan ekonomi kita minus 13 persen. Sekarang pertumbuhannya bagus, malah di atas target 5,27 persen," ujarnya.
Selain itu, 20 tahun silam Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah juga tercatat cukup tinggi.
"NPL dulu sampai 30 persen, sekarang di bawah 5 persen, situasi normal. Soal pelemahan Rupiah itu kan karena kebijakan-kebijakan Trump, Amerika naikkan suku bunga segala ya itu pasti berpengaruh kepada semua negara bukan Indonesia saja."
Zaidanul Hakim
17216907
3EA18
Komentar
Posting Komentar